Saturday, March 22, 2008

nTak - nTek

Dulu pas aku kecil, (sekarang ternyata juga masih kecil), ada tradisi unik yang tiba-tiba saya kangenin... Tradisi yang cukup religius (islami), namun lebih tampak budaya Jowonya ini bernama nTak-nTek. Saya tidak tahu apa anda tahu apa tidak tentang tradisi nTak-nTek, tapi sejauh pengamatan saya, saya belum menemui tradisi sejenis ini didaerah lain.

Tradisi ini umumnya hanya dirayakan oleh anak-anak, dan dulu saya sudah mulai ikut sejak sebelum TK sampai tradisi ini berlahan hilang, saat saya lulus SD. Tradisi ini intinya ajang bersenang-senang bagi anak-anak. Namun, berdasarkan tanggal pelaksanaanya, sebenarnya tradisi ini ditujukan untuk merayakan Maulid Nabi dan menyambut 10 hari terakhir dibulan Ramadhan (nTak-nTek ini setahun dua kali). Karena yang merayakan itu anak-anak, acaranya juga cuma makan-makan, nyanyi-nyanyi, trus main. Di tradisi ini, yang sangat kahs,yang membuat saya kangen sampai sekarang adalah jingle-nya ::

ntak ntek ntak ntek
nylameti bocah celek ora uman nDase pethek
golo golo bumbung ameen ameen...
kaki sandaremen adol lonthong lurae ngemen-ngemen
bocah ndepok kepengen!
ameen ameen...
(diulang beberapa kali)
bridge:
gedhang mbosok nggo kaume!
dhodho mentok gowo ngene!
pupu krowak enak...!
sorak-sorak hore...
ameen ameen...


Saya tertawa kecil ketika teringat saya, kakak, teman, dan tetangga saya berbaur dalam sebuah gubuk, yang biasanya dibangun diteras rumah saya, dan menyanyikan jinggle itu sekeras-kerasnya... Walaupun malam-malam, namun tidak ada protes dari warga. Mungkin mereka sadar bahwa ini adalah pestanya anak-anak mereka -nyameti bocah cilik-
Satu yang khas lagi dari tradisi ini adalah makan-makanya. Menurut Simbah putri saya, gak afdol kalo likuran (karena ntak-ntek dirayakan pada tanggal 21 bulan qomariah,untuk itu disebut likuran(selikur=dua puluh satu)) gak nyembeleh pethek (motong ayam). Jadi dalam rantang yang dibawa anak-anak dari rumah masing-masing, tidak lupa ada ayam walau sepotong kecil. Selain ayam, anak-anak biasanya membawa berbagai macam snack, dan biasanya punyaku tu yang paling lengkap, secara toko yang jual snacknya tu punya ibuku, hehehe...

Sehabis acara nyanyi-nyanyi dan makan-makan, yang umumnya dimulai setelah isya, anak-anak main permainan tradisional di halaman rumah. Berbagai permainan tradisional di mainkan disini, mulai dari lithungan (petak umpet), gepak, sampai tek-bluk(?), yang jelas ga ada DotA,CS, atau Seal! :D
-insya Allah akan saya buatkan posting mengenai macam-macam permainan tradisional di daerah saya-
Seruna tradisi ini berlangsung sampai sekitar jam 10an malam. Anak-anak pun mulai pulang kerumah masing-masing yang umumnya hanya tetangga. Dan gubuk yang dibangun siangnya, biasanya kakak saya yang bikin, dibiarkan saja dan baru dibongkar besok paginya...

Sebuah tradisi yang sangat jowo ini, kini entah dimana, sudah tidak ada ambu-ambune. Menurut analisis saya, tradisi ini berasal dari semacam budaya Islami, mungkin semacam sholawat. Dasar orang Jawa, lidahnya tidak mau susah-susah ngomon -atau karena ditujukan buat anak-anak-, dengan 'seenaknya sendiri', liriknya diganti. Ini terlihat mencolok pada masih adanya kata 'amin' diakhir bait. Bisa jadi jingle itu awalnya adalah sebuah doa.

Yeah, apapun asal tradisi ini, yang jelas saya lagi kangen dengan hometown saya, bukan secara fisik saja, tapi juga lengkap dengan segala tradisi dan orang-orangnya yang ramah.

2 comments:

latebraking said...

keren btgt euy masih ngrasain suasanya desa ky gitu.. wow..

Tulus Hamdani said...

heehe...

iya dong,


btw,
kok aku bingun ya pas mbuka blogmu..